Minggu, 28 April 2013

THE LEGEND of  BUDDHA GAUTAMA



Buddha (Sanskerta: बुद्ध berarti. Mereka yang Sadar, Yang mencapai pencerahan sejati. dari perkataan Sanskerta: "Budh", untuk mengetahui) merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama, guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi waktu ini").

Saya sangat mengagumi ajaran dari Siddharta Gautama yang telah mendapatkan Pencerahan akan Makna Kehidupan. Dulunya Shidarta Gautama adalah seorang Pangeran yang hidup di Sebuah Kerajaan Sakya.
Sang Buddha dilahirkan di Taman Lumbini.

Konon, Pada saat ia lahir, dua arus kecil jatuh dari langit, yang satu dingin sedangkan yang lainnya hangat. Arus tersebut membasuh tubuh Siddhartha. Siddhartha lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah utara, dan tempat yang dipijakinya ditumbuhi bunga teratai.

Oleh para pertapa di bawah pimpinan Asita Kaladewala, diramalkan bahwa Sang Pangeran kelak akan menjadi seorang Chakrawartin (Maharaja Dunia) atau akan menjadi seorang Buddha. Hanya pertapa Kondañña yang dengan tegas meramalkan bahwa Sang Pangeran kelak akan menjadi Buddha. Mendengar ramalan tersebut Sri Baginda menjadi cemas, karena apabila Sang Pangeran menjadi Buddha, tidak ada yang akan mewarisi tahta kerajaannya. Oleh pertanyaan Sang Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Sang Pangeran jangan sampai melihat empat macam peristiwa. Bila tidak, ia akan menjadi pertapa dan menjadi Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah:
  1. Orang tua,
  2. Orang sakit,
  3. Orang mati,
  4. Seorang Pertapa
Kata-kata pertapa Asita membuat sang Raja Suddhodana  merasakan hati yang tidak tenang baik siang dan malam, karena beliau  khawatir kalau putra tunggalnya akan meninggalkan istana dan menjadi pertapa, Oleh karena itu beliau mencoba mengalihkan dan mengatur pola hidup shidarta Gautama agar hanya hidup menikmati  keduniawian. Segala bentuk penderitaan berusaha disingkirkan dari kehidupan Pangeran Siddharta, seperti sakit, umur tua, dan kematian, sehingga Pangeran hanya mengetahui kenikmatan duniawi.

Hingga Suatu hari Pangeran Siddharta meminta izin untuk berjalan di luar istana, Ketika sedang berjalan-jalan di Pasar, Hati siddarta tersentuh karena Tanpa sengaja Beliau melihat 4 hal yakni orang tua, orang sakit, orang mati dan orang suci. Pangeran Siddhartha bersedih dan menanyakan kepada dirinya sendiri, "Apa arti kehidupan ini, kalau semuanya akan menderita sakit, umur tua dan kematian ?

. Pada suatu malam, Pangeran Siddharta memutuskan untuk meninggalkan istananya dan dengan ditemani oleh kusirnya, Canna. Tekadnya telah bulat untuk melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup sebagai pertapa.
Setelah itu Pangeran Siddhartha meninggalkan istana, keluarga, kemewahan, untuk pergi berguru mencari ilmu sejati yang dapat membebaskan manusia dari usia tua, sakit dan mati.

Pertapa Siddharta banyak berguru  tetapi beliau tidak merasa puas karena tidak memperoleh yang diharapkannya. Kemudian beliau bertapa menyiksa diri dengan ditemani lima orang pertapa. Akhirnya beliau juga meninggalkan cara yang ekstrem itu dan bermeditasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan Penerangan Agung.


Pada suatu hari pertapa Gautama dalam pertapaannya mendengar seorang tua sedang menasihati anaknya di atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana dengan mengatakan:
Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu.
Nasehat tersebut sangat berarti bagi pertapa Gautama yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya yang telah tinggal tulang hampir tidak sanggup untuk menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita bernama Sujata memberi pertapa Gautama semangkuk susu. Badannya dirasakannya sangat lemah dan maut hampir saja merenggut jiwanya, namun dengan kemauan yang keras membaja, pertapa Gautama melanjutkan samadhinya di bawah pohon bodhi (Asetta) di Hutan Gaya, sambil ber-prasetya, "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulang jatuh berserakan, tetapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai aku mencapai Pencerahan Sempurna."
Perasaan bimbang dan ragu melanda diri pertapa Gautama, hampir saja Beliau putus asa menghadapi godaan Mara, setan penggoda yang dahsyat. Dengan kemauan yang keras membaja dan dengan iman yang teguh kukuh, akhirnya godaan Mara dapat dilawan dan ditaklukkannya. Hal ini terjadi ketika bintang pagi memperlihatkan dirinya di ufuk timur.



 Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Sammasam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Raya di bulan Waisak ketika ia berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut kalender lunar. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Sang Siddharta memancar enam sinar Buddha (Buddharasmi) dengan warna biru yang berarti bhakti; kuning mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; merah yang berarti kasih sayang dan belas kasih; putih mengandung arti suci; jingga berarti giat; dan campuran kelima sinar tersebut.

Setelah mencapai Pencerahan Sempurna, pertapa Gautama mendapat gelar kesempurnaan yaitu
Buddha Gautama.
Buddha Gautama berkelana menyebarkan Dharma yaitu jalan kehidupan yang berlandaskan kebenaran   


selama empat puluh lima tahun lamanya kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang, hingga akhirnya mencapai usia 80 tahun, saat ia menyadari bahwa tiga bulan lagi ia akan mencapai
Parinibbana.






 Saya Pribadi secara Virtual, Menjadikan Budha Gautama sebagai role model saya. Saya mengidolakan Buddha Gautama karena Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang Buddha tidak terbatas oleh waktu dan selalu abadi. 
Karena sang Buddha rela meninggalkan Kenikmatan Duniawi ! Sang Buddha tidak mengharapkan apa-apa dari dunia ini apakah itu puji-pujian / gelar, Harta,Tahta, Wanita, Pemberian dan Hadiah-hadiah.
Sang Buddha menekankan Pentingnya bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup,pencurian/mengambil barang yang tidak diberikan, melakukan perbuatan asusila, melakukan perkataan dusta, dan menghindari makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.

Bagi saya pribadi, Nilai-Nilai yang diajarkan Sang Buddha adalah Filsafat Kebahagiaan. Ya! Filsafat Kebahagiaan Jauh lebih Penting dan Bermakna dari apapun di dunia ini! Seperti Kata Sang Sakyamuni :

“The secret of health for both mind and body is not to mourn for the past, nor to worry about the future, but to live the present moment wisely and earnestly.” 



Hope this useful! :)





 

Kamis, 25 April 2013

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PRE SCHOOL EDUCATION)




Pendidikan prasekolah (atau pendidikan bayi) adalah pemberian pembelajaran kepada anak-anak sebelum dimulainya pendidikan hukum dan wajib, biasanya antara usia nol dan tiga atau lima, tergantung pada yurisdiksinya. Di beberapa tempat, seperti Negara Amerika Serikat, prasekolah mendahului TK dan sistem sekolah dasar normal. Di pihak lain, termasuk sebagian besar Eropa, program prasekolah dan TK adalah program pendidikan anak usia dini yang sama. Program prasekolah dapat menjadi bagian dari atau terpisah dari jasa penitipan anak yang dibutuhkan oleh orang tua yang bekerja. Mereka mungkin program yang dikelola pemerintah atau perusahaan swasta. Beberapa negara memberikan subsidi yang signifikan untuk membayar biaya program.

Tujuan Pendidikan anak prasekolah diatur dalam kerangka kerja yang menciptakan pendidik profesional. Kerangka ini meliputi struktural (administrasi, ukuran kelas, rasio murid-guru, jasa, dll), proses (kualitas lingkungan kelas, interaksi guru-anak, dll), dan keselarasan (standar, kurikulum, penilaian) komponen yang berkaitan dengan setiap anak unik individu yang memiliki hasil baik sosial dan akademik. Pada setiap usia , kurikulum yang tepat harus diikuti. Sebagai contoh, itu akan menjadi normal untuk mengajarkan anak bagaimana cara menghitung sampai 10 setelah usia empat atau variasi angka-angka lainnya. 




 Diperkirakan lembaga pra-sekolah pertama dibuka pada tahun 1816 oleh Robert Owen di New Lanark, Skotlandia. Sementara Sir Friedrich Frobel membuka satu di Jerman, menciptakan istilah "TK".atau KINDERGARTEN .

Di Indonesia sendiri Pendidikan Anak Pra Sekolah Umumnya disebut Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
yang diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

 Di Indonesia, ragam layanan PAUD meliputi Tempat Penitipan Anak, Kelompok Belajar, Pos PAUD yang terintegrasi dengan Posyandu, Bina Keluarga Balita, Taman Pendidikan Quran, hingga Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal dan dirancang sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak.