Jumat, 07 Juni 2013

Kenapa kita harus Menonaktifkan Handphone ketika kita berada pesawat


Sebagian penumpang pesawat masih belum memahami betapa pentingnya mematikan ponsel ketika berada di dalam pesawat. Padahal langkah itu sangat penting keselamatan penerbangan.

Pada 6 Juni 2013, kesalahpahaman yang berujung cekcok terjadi antara seorang penumpang dan pramugari. Penumpang itu, yang diketahui seorang pejabat provinsi Bangka Belitung, merasa tersinggung ketika diminta pramugari untuk mematikan ponselnya jelang pesawat lepas landas.

Padahal, larangan penggunaan ponsel di pesawat sesuai dengan instruksi Direktur Keselamatan Penerbangan Ditjen Perhubungan Udara melaui suratnya No. AU/4357/DKP.0975/2003 tentang larangan penggunaan ponsel di dalam pesawat udara, sebagai suatu instruksi pelarangan lanjutan mengingat studi larangan ini sesungguhnya sudah diterbitkan oleh FAA (Badan Penerbangan Federal AS) sejak tahun 1991.

Larangan itu bukan tanpa sebab. Sinyal ponsel berpotensi menganggu komunikasi dan navigasi pesawat.

Ganggu Navigasi

Siaran pers Kemkominfo, yang dikutip Jumat 7 Juni 2013,  menjelaskan ponsel tidak hanya mengirimkan atau menerima frekuensi radio saja, melainkan dapat memancarkan radiasi tenaga listrik untuk menjangkau BTS.

Dalam konsisi On, ponsel memancarkan sinyal terus menerus secara periodik pada jarak ketinggian tertentu, dan tetap kontak dengan BTS terdekat.

FAA mengategorikan ponsel, televisi dan radio sebagai alat-alat elektronik portabel, yang berpotensi menganggu peralatan komunikasi dan navigasi pesawat udara, karena perangkat itu dirancang untuk mengirim dan menerima sinyal.

Pada radio FM misalnya, oscilator frekuensi di dalam radio yang mendeteksi gelombang FM secara langsung mengganggu sinyal navigasi VHF pesawat udara.

"Ponsel yang dipakai di dalam pesawat udara tetap memiliki jangkauan transmisi. Saat pesawat terbang menambah jarak dan menjauhi BTS di darat, tenaga yang akan dihasilkan juga bertambah kuat, hingga dapat mencapai batas maksimum," jelas Gatot Dewa S Broto, Kepala Humas dan Pusat Informasi Kemkominfo.

"Sebab itu, risiko adanya gangguan pun akan semakin besar," imbuhnya.

Dengan demikian, apabila sistem komunikasi antara Pilot di kokpit pesawat terbang dengan menara bandara (ATC) terganggu, atau tidak jelas, maka berpeluang mengakibatkan pilot salah membaca panel instrumen.

Gatot juga menekankan, dalam kondisi pesawat take off dan landing, jaringan ponsel akan menciptakan tenaga pada tingkat tertentu, mengingat ponsel relatif dapat menjangkau BTS di terdekat.

"Mengingat fase kritis itu cukup tinggi kontribusinya terhadap berbagai kecelakaan pesawat udara, jadi sangat wajar Awak Kabin selalu tetap melarang penggunaan ponsel saat penumpang boarding atau sesudah pesawat landing," tambahnya.

Flight Mode

Namun, Gatot menambahkan, menyesuaikan perkembangan teknologi di berbagai negara, ada ketentuan yang memperbolehkan penggunaan ponsel dalam pesawat, tapi dengan syarat ketat.

Jadi itulah sebabnya kita harus menonaktifkan ponsel kita ketika kita berada dalam pesawat.

Hope this Useful :)

Kamis, 06 Juni 2013

LAPORAN OBSERVASI PENDIDIKAN BERBASIS E-LEARNING


NAMA            : ESTHER AZALIA             121301051
                         FELIX THEOSOPY             121301065
                         IIN TRIANA                                     121301075
                         ELISABET SIANTURI        121301107
                         DANIEL NOVRIMAN        121301109

A.    IDENTITAS SEKOLAH
Nama sekolah                          : SMA Negeri 2 Medan
Alamat sekolah                       : Jl.Karang Sari No.435, Medan Polonia
Uang spp / bulan                     : Rp.100.000,-
Konsep e-learning diberlakukan sejak tahun 2009

Perangkat sekolah
Nama kepala sekolah              : Drs. M. Abdu siregar

B.     URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
-          Observasi dilakukan pada hari rabu tanggal 5 Juni 2013
-          Dimulai pada pukul 09.00 – 10.30 WIB
-          Observasi dilakukan disalah satu kelas X, yaitu kelas X-4, berjumlah 45 orang
-          Pada saat observasi mata pelajaran yang berlangsung adalah Biologi, yang diampu oleh Bapak Prayogi, S.Pd
-          Observasi dilakukan oleh anggota kelompok pengamat dengan cara mengikuti proses belajar mengajar dalam kelas selama satu les pelajaran, kelompok pengamat duduk dibagian belakang kelas.
-          Diakhir observasi kelompok pengamat memberikan kuesioner kepada siswa yang terdiri dari 3 pertanyaan, untuk melihat bagaimana respon siswa terhadap e-learning. Salah satu contoh pertanyaan : “apakah dengan kondisi belajar yang menggunakan infokus seperti  ini menjadi efektif dalam memahami pelajaran yang diberikan?”

C.     LAPORAN HASIL OBSERVASI
1.      Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, perkembangan teknologi semakin meningkat dan semakin canggih. Teknologi tersebut terus dikembangkan untuk membantu manusia dalam melaksanakan aktifitasnya sehari-hari.  perkembangan tersebut juga dapat dirasakan dalam dunia pendidikan saat ini. Pelaksanaan proses belajar mengajar sudah sangat banyak menggunakan hasil dari teknologi tersebut, bukan hanya sebagai alat pembantu penyampaian materi  saja namun digunakan juga untuk mendapatkan informasi yang lebih luas. Konsep pembelajaran tersbut saat ini diistilahkan dengan e-learning    .
Dengan penggunaan teknologi tersebut maka perlu untuk diamati apakah konsep pembelajaran e-learning memberikan pengaruh untuk kemajuan dunia pendidikan saat ini. Dengan melakukan tugas observasi ini diharapkan akan mengetahui dan melihat bagaimana dinamika pembelajaran dengan menggunakan e-learning yang juga didukung oleh aspek-aspek lain seperti teori belajar, motivasi, orientasi, manajemen kelas.

2.      LANDASAN TEORI
Konsep e-learning merupakan konsep pembelajaran yang menggunakan teknologi sebagai media penunjang proses pembelajaran. Pembelajaran  dilakukan secara langsung atau tidak langsung; dengan cara online atau offline.
            Hal yang berkaitan dalam proses pembelajaran e-learing tentunya memiliki aspek lain yaitu teori belajar yang digunakan, motivasi belajarn orientasi belajar, dan juga manajemen kelas.
a.       Teori belajar
Pembelajaran merupakan pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman (Santrock, 2008:266).
Ada beberapa perspektif pembelajaran, yaitu :
Ø  Perspektif behavioral
Pandangan yang menyatakan perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Terdapat dua pembelajaran behavioral yaitu dengan pembelajaran pengkondisian klasik, yaitu mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus, dan pembelajaran operan yang menggunakan konsekuensi (penguat/hukuman) pada setiap perilaku.
Ø  Perspektif kognitif
Pandangan ini menyatakan bahwa perilaku dijelaskan oleh proses berpikir manusia, dengan menggunakan pemahaman hubungan-hubungan, antara bagian dan keseluruhan. Jean Piaget menyatakan bahwa proses pembelajaran manusia disesuaikan pada tahap perkembangan manusia itu sendiri (sensori motori, pra operasional, operasional konkret, operasional formal). Alfred Bandura menyatakan bahwa pembelajaran manusia didapatkan melalui pengamatan atau obserasi pada perilaku orang lain (modelling).
Ø  Persepektif Humanistik
Pandangan ini menyatakan perilaku manusia dilihat dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamat. Teori yang mendukung pandangan ini adalah teori hierarki kebutuhan oleh Abraham Maslow. Manusia akan selalu berusaha mengaktualisasikan diri dengan melewati beberapa tingkatan kebutuhan mulai dari yang paling dasar.
b.      Teori Motivasi
Motivasi adalah suatu proses yang memberi semangat atau dorongan untuk melakukan sesuatu. Beberapa teori motivasi sebagai berikut :
Ø  Teori behavioral
teori ini menekankan pada motivasi eksternal, dimana pemberian konsekuensi (imbalan/hukuman) pada perilaku merupakan kunci motivasi seseorang.
Ø  Teori humanistik
Teori ini menyatakan bahwa manusia mempuyai kemampuan mengembangkan kepribadian dan bebas dalam memilih nasib mereka. Manusia akan terus terdorong atau termotivasi untuk mencapai aktualisasi diri mereka
Ø  Teori Kognitif
Teori ini menyatakan bahwa motivasi seseorang akan dipengaruhi oleh pemikiran dan minat manusia, lebih menekankan motivasi internal.
Ø  Teori Sosial
Teori ini menyatakan kebutuhan afiliasi atau keterkaitan dengan orang lain mempengaruhi motivasi seseorang, dimana manusia akan membutuhkan dorongan atau perhatian untuk memotivasinya.
c.       Orientasi Belajar
Orientasi belajara adalah cara yang dilakukan pengajar dan murid untuk mencapai tujuan instruksional dalam satuan instruksional tertentu. Terdapat dua orientasi beajar, yaitu :
·      Teacher Centered Learning (TCL)
berorientasi pada konten (content oriented), dimana guru menjadi pusat pembelajaran
·      Student Centered Learnig (SCL)
berorientasi pada pembelajaran (learning oriented). Murid menjadi oknum yang paling berperan aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
d.      Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan pengelolaan atau pengaturan kelas, yang dilakukan untuk mencapai belajar yang efektif. Pengelolaan kelas tersebut termasuk pengaturan gaya penataan kelas. Beberapa gaya penataan kelas yaitu :
·Gaya auditorium, susunan kelas semua murid duduk menghadap guru.
·Gaya tatap muka, murid saling menghadap.
·Gaya off-set, gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (tiga atau empat orang) duduk di bangku namun tidak berhadapan langsung satu sama lain.
·Gaya seminar, sejumlah murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
·Gaya kluster, sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan orang) bekerja dalam kelompok kecil.

3.      HASIL OBSERVASI
Ø  Pembelajaran dilakukan menggunakan fasilitas ruangan kelas untuk 50 orang siswa, terdapat meja dan kursi menghadap satu arah, dan berlawanan dengan arah mengahadap guru
Ø  Fasilitas teknologi yang digunakan berupa laptop dan proyektor
Ø  Pembelajaran dilakukan dengan tatap muka langsung, yakni dengan cara presentasi oleh siswa untuk menyampaikan materi bahan pembelajaran
Ø  Disela-sela presentasi guru menambahkan, mengarahkan, dan meluruskan penyampaian kelompok penyaji.
Ø  Guru selalu memberikan dorongan terlebih dahulu untuk mendorong siswa mulai bertanya dan berperan aktif
Ø  Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kembali kepada kelompok penyaji dan melakukan tanya jawab
Ø  Dari kuesioner yang disampaikan kepada 45 siswa, terdapat :
10 orang yang tidak setuju e-learning merupakan pembelajaran efektif
35 orang setuju e-learning merupakan pembelajaran efektif

D.    RANGKUMAN HASIL OBSERVASI
1.      Menurut Kelompok
-          E-learning yang dilakukan pada kelas ini merupakan pembelajaran yang efektif. Hal tersebut terlihat bahwa e-learning tersebut memberikan manfaat bagi siswa dan juga membantu guru dalam mengajar. Metode e-learning yang dilakukan di SMA Negeri 2 Medan ini merupakan pembelajaran dengan konsep tatap muka langsung, dan dilakukan secara offline, yaitu dengan menggunakan laptop dan proyektor sebagai media penyampaian informasi.
-          Teori belajar menggunakan teori kognitif, hal ini dapat dilihat dari guru yang mengingatkan kembali kepada murid tentang materi sebelumnya, dan juga memberi penjelasan disela-sela presentasi kelompok tentang hubungan dalam materi tersebut.
-          Motivasi, teori motivasi yang digunakan adalah teori motivasi behavioral dan kognitif, hal ini dapat dilihat ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, namun siswa tidak merespon hal tersebut. Sehingga guru memberikan pertanyaan kepada siswa, lalu siswa tersebut menjawab. Pertanyaan tersebut merupakan sebagai pendorong siswa untuk mulai aktif dalam hal tanya jawab. Dari teori kognitif, siswa dimotivasi oleh motivasi internalnya untuk melakukan pembelajaran dan memahami konsep-konsep yang dipaparkan.
-          Manajemen kelas, sekolah sudah memberikan dan melengkapi fasilitas belajar seperti laptop dan proyektor, ruangan yang cukup untuk 50 orang.  Gaya / posisi duduk berbentuk gaya auditorium dimana  semua siswa menghadap 1 arah (papan tulis, proyektor dan guru)
-          Orientasi belajar, pembelajaran dilakukan dengan pendekatan Student Centered Learning (SCL), hal ini dapat dilihat dari siswa yang diminta untuk mempresentasikan materi belajar, dan apabila ada siswa (audience) yang belum memahami materi, mereka diberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa penyaji, dan pada akhirnya diarahkan kembali oleh guru pengampu.
-          Pembelajaran e-learning merupakan pembelajaran efektif bagi siswa, pembelajaran tersebut memberikan pengaruh yang baik dan memberikan manfaat pada siswa dalam melakukakn proses pembelajaran disekolah, hal ini disimpulkan kelompok dari hasil kuesioner yang dibagikan.
2.      Menurut pandangan pribadi
Pembelajaran dengan menggunakan konsep e-learning memberikan manfaat bagi para siswa, hal tersebut dapat dilihat dari proses belajar yang berlangsung didalam kelas. Dengan penggunaan teknologi sebagi penunjang proses pembelajaran, penyampaian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan lebih efektif. Selain itu disisi lain guru juga mendapatkan bantuan dari konsep pembeljaran tersebut, dimana saya melihat bahwa dengan adanya media atau fasilitas yang berupa teknologi tersebut sangat membantu guru untuk menyampaikan dan menjelaskan materi pembelajaran. Kelas melakukan orientasi belajar SCL, dimana siswa berperan aktif dalam dinamika kelas. Motivasi eksternal siswa sangat berpengaruh untuk mendorong siswa mulai bertanya jawab. Gaya penataan kelas didalam kelas merupakan gaya auditorium yang menghadap satu arah kedepan, dimana penyaji dan tampilan materi dari proyektor sebagai pusat perhatian. 

E.     TESTIMONI
1.      Esther Azalia (12-051)
Tugas observasi yang diberikan sebagai salah satu tugas di matakuliah pendidikan ini memberikan pengalaman yang baru bagi saya dan kelompok saya. Dalam proses melakukan observasi ini, kami menghadapi beberapa masalah, yakni masalah sekolah yang tidak memberikan kami kesempatan untuk observasi. Kami sudah mencoba hampir lima sekolah, namun ada banyak hal yang mengakibatkan kami tidak diizinkan untuk melakukan observasi di sekolah tersebut. Hingga pada akhirnya, kami meminta izin ke SMA Negeri 2 Medan. Pada awalnya kami juga mendapatkan kendala yaitu masalah surat izin. Pihak sekolah meminta kami untuk meminta surat dari dinas pendidikan jika kami hendak melakukan observasi di sekolah tersebut. Hingga pada akhirnya, kami meminta tolong agar diberikan kemudahan dengan pertimbangan ada 2 orang dari kelompok kami yang merupakan alumni pihak sekolah. Saya dan teman-teman bersyukur, pada akhirnya kami diberikan kesempatan observasi di hari Rabu lalu.
Pada awalnya, yang melakukan observasi hanya saya, Iin dan Felix dikarenakan Elisabet dan Daniel harus melakukan presentasi mata kuliah kepribadian I. Namun, hal ini tidak mengurangi rasa semangat saya dan teman-teman yang lain. Dan saya pribadi bersyukur, karena pihak sekolah baik itu guru yang mengajar, maupun siswa-siswi di kelas X-4 memberikan respon yang positif terhadap kami.
Saya berharap tugas observasi ini dapat saya jadikan pelajaran untuk saya baik itu dalam masalah komunikasi antar anggota kelompok, maupun hal-hal teknis lainnya di semester-semester yang akan datang.

2.      Felix Theosopy (12-065)
Observasi yang dilakukan ini memberikan pelajaran buat saya. Dalam perencanaan ini kami mendapati beberapa permasalahan seperti lokasi observasi, perizinan dan juga waktu pelaksanaan. Namun bagi saya permasalahan itu justru membuat kelompok kami semakin berusaha dan berpikir untuk mencari jalan keluar.
Dalam pelaksanaan observasi saya mendapatkan pengalaman baru, dan saya harap ini menjadi langkah awal untuk kedepannya.
3.      Iin Triana (12-075)
Tugas observasi ini adalah observasi yang pertama kali saya lakukan setelah menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi. Saat diberikan tugas ini, awalnya kami merasa bingung memilih sekolah. Kami sudah mencoba di 5 sekolah, tapi semua berakhir dengan penolakan. Tapi dengan tekad pantang menyerah, kami mendatangi SMA Negeri 2 Medan (lagi) dengan harapan kami bisa bertemu dengan kepala sekolahnya agar bisa berbicara langsung. Ternyata beliau sedang tidak ada di tempat. Akhirnya KTU sekolah menyuruh kami untuk menemui Pak Arsyad (Wakasek/PKS bagian akademik). Kami pun menemui beliau. Dengan wajah memelas, kami memohon ijin dari Bapak. Jurus terampuhnya adalah dengan bilang bahwa dua orang dari kelompok kami adalah alumni dari sekolah tersebut. Akhirnya kami mendapat ijin. Tapi sayang, hari yang ditentukan bertepatan dengan hari dimana teman-teman kami, yaitu Elisabet dan Daniel, presentasi mata kuliah Kepribadian. Jadi kami hanya melakukan observasi bertiga, yaitu saya (Iin), Esther, dan Felix.

4.      Elisabet Sianturi (12-107)
Perencanaan yang kami lakukan sejak awal mungkin tidak sama seperti kelompok-kelompok lain. Bisa dikatakan kelompok ini yang paling banyak melewati rintangan. Ditolak oleh 4 sekolah dengan harapan yang sudah diberikan sebelumnya dan waktu yang tidak termanfaatkan dengan baik. Sampai akhirnya ada jalan yang ditunjukkan kepada kami sehingga berpeluanglah kelompok ini untuk melakukan observasi di SMA N 2 Medan. Proses berjalan dengan baik, mungkin hanya sedikit kekurangannya. Dimana saya dan Daniel Novriman harus menyusul dikarenakan kami harus presentasi di mata kuliah lain pada waktu yang sama. Kemudian selesainya kami berdua menyusul ke sekolah tersebut untuk membantu 3 orang teman kami yang lain. Proses observasi berjalan mulus dan menyenangkan, siswa/i mengikuti pelajaran biologi dengan tertib dan kemudian mengisi kuisioner yang kami buat secara khusus sesuai dengan tema observasi kami dengan sebuah pulpen sebagai reward untuk masing-masing siswanya. Berbagai pendapat dan alasan kami terima dan itu benar-benar sangat membantu kami. Jika dilihat dari keseluruhan lebih banyak siswa yang menganggap bahwa sistem e-learning itu membantu proses belajar mereka. Sekian testimoni dari saya, terima kasih.
5.      Daniel Novriman   (12-109)
Kegiatan observasi ini memberikan pengalaman baru dan juga memberikan wawasan baru bagi saya. Pada awalnya kelompok kami menghadapi masalah dalam perencanaan kegiatan ini, dimana sekolah pertama yang kami tuju dengan surat pengantar dari fakultas pada akhirnya menolak kami untuk melakukan kegiatan observasi tanpa ada penjelasan alasan penolakan tersebut, dimana pada awalnya setelah kami menyerahkan surat pengantar tersebut kami diminta untuk menunggu konfirmasi hari pelaksanaan dari pihak sekolah selama beberapa hari. Dengan kegiatan perkuliahan dan tugas yang banyak, kami tetap berusaha mencari sekolah yang akan kami lakukan observasi. Pada akhirnya kami mendapatkan tempat yaitu SMA Negeri 2 Medan, walaupun pada awalnya sempat menemui kesulitan dalam proses perizinan oleh pihak sekolah.
      Proses observasi kelompok kami diawali oleh 3 orang pertama kelokasi observasi, saya dan Elisabet tidak bisa mengikuti observasi dari awal karena pada saat hari pelaksanaan kami melakukan presentasi mata kuliah dikampus. Sehingga saya dan Elisabet baru bisa menyusul kelokasi setelah presentasi kami selesai.
      Kegiatan ini ini menjadi hal baru dalam dunia pendidikan saya, semoga menjadi bekal untuk melakukan kegiatan-kegiatan perkuliahan selanjutnya.

My life as an Aspie

Saya pertama kali mengenal istilah sindrom asperger ketika saya duduk di kelas 7 semester pertengahan di Sekolah Menengah Pertama. Uniknya saya mendengar istilah itu dari seorang psikolog dari Pulau Jawa yang saat itu hadir ke sekolah saya ketika Sekolah saya sedang mengadakan Bimbingan Minat dan Bakat untuk menjaring siswa-siswi yang akan dikualifikasikan ke kelas Plus.
Kelas Plus adalah Kelas yang dihuni oleh para siswa yang memiliki Range IQ (Inteligent Quotient) diatas 125 (Konsep kelas Plus SMP pada masa itu).
Pada saat Tes telah berakhir, Kami semua para siswa-siswi diatur berbaris dan membentuk Kelompok, Karena kami akan diseleksi berdasarkan Hasil Tes kami, siapa yang dapat masuk ke dalam Kelas Plus tersebut.


Terus terang saat ini saya berasumsi itu adalah Metode yang aneh dari Sistem pendidikan saat itu, Saya merasa itu seperti Pengelompokan-Pengelompokan  yang tidak beralasan... Kenapa ?
Karena Menurut saya setiap orang berhak mendapatkan Proses Belajar yang setara tanpa harus membedakan Berapa Hasil Skor Tes Kecerdasan yang Diperolehnya!
Bukankah KEMAUAN dan RASA INGIN TAHU adalah FAKTOR UTAMA yang dimiliki seorang siswa untuk Menyerap semua Pendidikan yang diajarkan.

Nah, Balik Lagi Ke topik kita...
Kebetulan saya adalah salah satu siswa yang berhasil masuk kedalam ''Penggolongan'' Kelas Plus ini.
Perasaan saya saat itu biasa saja, Malahan sedikit takut atau cemas, Kenapa ?
Karena itu sesuatu yang aneh bagi saya saat itu, Entahlah saya tidak tahu untuk menjelaskannya...

Setelah proses seleksi berakhir, kami semua anak-anak plus dikumpulkan dalam satu ruangan dan masuklah Kepala sekolah dan 2 orang Psikolog yang memberikan Arahan pada kami mengenai Kelas Plus ini.
Singkat cerita, Hari demi Hari berlalu, saya sudah bisa mulai paham apa itu Kelas Plus
Ada perbedaan cara Belajar, Metode, Konsep, Sistem dan Teknik yang digunakan para Guru dalam mengajar kami.
Selain itu ada setiap minggu ada banyak Promosi dan Semacam Seminar atau Konseling yang kami terima.
Saya akui teman-teman seangkatan saya di kelas ini memang semua berotak Cerdas! Merka sangat cepat menangkap pelajaran yang diterangkan oleh guru.
saya sendiri sangat menyukai Fisika, Karena ada seorang guru yang sangat dapat memotivasi dengan cara mengajarnya yang membuat saya tergila-gila pada Fisika bahkan sampai saat ini.
Bagi saya Fisika adalah Ilmu yang sangat Menyenangkan Karena Fisika itu mempelajari apa yang FUNDAMENTAL, ABADI dan UNIVERSAL!
Saya nyaris selalu mendapat nilai yang sangat memuaskan dalam Fisika Dan Matematika,
Namun ada yang saya sedikit sesalkan...
Tidak lain tidak bukan adalah karena Guru bahkan Kepala sekolah saat itu Mengajarka Pola Pikir (Mindset) yang sangat Riskan !
Ya, Kami diajar untuk Bersaing dan Berkompetisi...

Tiba Pada pertengahan semester, saat konseling saya dipanggil dan diinterview oleh bapak guru dan psikolog.
Saya dikatakan memiliki sindrom asperger, yaitu sebuah gejala autisme namun bukan autisme sepenuhnya, Asperger adalah autisme berfungsi tinggi dimana pengidapnya masih dapat mandiri dalam kehidupan sehari-hari hanya saja dia kerap kesulitan memahami situasi sosial.
Ya inilah yang terjadi pada saya saat itu.
Saya sangat susah untuk bersosialisasi! saya tidak punya insting sosial
mosi saya kerap meledak-ledak, Saya juga tampak kurang memiliki Empati (Meskipun saya punya perasaan itu, namu saya kerap kesulitan untuk mengungkapkannya pada orang lain)

Beruntunglah orang tua saya tanggap dan mulai berkonsultasi dengan pihak sekolah dan psikolog, saya pun diberi terapi dimana saya didorong untuk bersosial dengan terapi peer group. Lambat laun saya mulai bisa dan merasakan kenyamanan berinteraksi dengan orang lain disekitar saya.
Dulunya saya sangat canggung bersosial, saya kerap kesulitan memahami perasaan dan ekspresi orang lain.
saya juga kerap berbicara menunduk dan jarang melakukan kontak mata dengan lawan bicara.
Sangat suka menyendiri dan asyik terrhanyut dengan dunia saya sendiri di sudut ruangan.
Juga sangat peka terhadap suara dan bau, misalnya sampai saat ini terus terang saya tidak suka memakai kaus kaki.

Sekarang sudah ada perubahan yang signifikan dimana saya sudah mulai mampu untuk bersosial dengan orang lain di sekeliling saya. :)


SALING MENGHARGAI



Manusia terbiasa mengukur dan menghargai seseorang dari apa yang tampak. Kita menghargai orang lain karena pekerjaannya yang tampak terhormat dan penghasilannya yang luar biasa. Sementara bagi mereka yang tidak memiliki banyak harta sering tidak dihargai. Kita menggangap mereka bukanlah pribadi yang penting, melainkan pribadi yang pantas kita lupakan.
Pada Kenyataannya, Dalam banyak hal kita justru mendapatkan kemudahan karena keberadaanmereka.                                                                                                                  
             


 Kita dapat tidur dengan tenang sepanjang malam karena ada satuan pengamanan. Kita dapat menikmati makanan pokok kita sehari-hari karena adanya Petani yang bekerja di sawah dibawah teriknya matahari , Kita dapat duduk dengan santai sambil membaca Koran di kursi belakang karena adanya sopir yang mengendarai, Kita merasa nyaman melihat ruangan dan Lingkungan yang bersih karena adanya petugas Kebersihan yang bekerja.


Banyak hal lain lagi yang dapat kita nikmati karena jasa orang lain yang acap kali kita anggap lebih kecil dari kita.
Hargailah orang lain dari apa yang dapat kita lihat dan ukur! Dengan demikian, kita pun akan dihargai oleh banyak orang lebih dari apa yang dapat kita nyatakan.
Setiap kita saling membutuhkan dan mendukung… Kelebihan kita dapat menutup kekurangan orang lain dan begitupun sebaliknya. Kita harus saling mengisi. Dengan begitu kita mendapatkan kekuatan yang besar.


-Hope this useful  !