Minggu, 24 Februari 2013

Putri Agung Yang Kawin Supaya Bisa Mengenakan Kaus Kaki



 Saya ingin Bercerita tentang Seorang Putri(princes), Barangkali dia adalah seorang putri kerajaan termasyhur di seluruh Eropa dan Amerika. Namanya Putri agung Marie dari Rusia.
Pamannya adalah Aleksander III, Tsar Rusia. Kemenakannya adalah Nikolas II, Tsar terkhir dari Rusia.

Nah menurut saya ia jelita, dan menawan hati…

Dalam Memoirnya, dia bercerita tentang suatu hal yang aneh tentang dirinya dimana dia menulis bahwa hingga umur 20 tahun ia sangat malu-malu dan bahwa ia mempunyai perasaan rendah diri.

Dilahirkan di tengah-tengah segala kemewahan dan kecermelangan keluarga Romanoff yang memerintah Kerajaan Rusia selama tiga ratus tahun, putri Marie adalah sedemikian penting, sehingga ketika masih kecilpun ia sudah mengendarai kereta emas, ditarik oleh sepasang (enam) kuda hitam dan putih dan dikawal oleh prajurit-parjurit berbaju merah mengendarai kuda.
Dan ia demikian masyhur hingga orang banyak berkerumun di trotoar dan mau menunggu satu jam, supaya bisa memandang wajah putri agung sekilas, apabila ia lewat. Namun Putri agung Rusia menderita perasaan rendah diri. Agak aneh bukan ?
Ini mungkin disebabkan karena pendidikannya di masa ia kanak-kanak. Ia tidak tahu apa yang dinamakan kasih ibu, karena ibunya meninggal dunia ketika ia masih berumur satu setengah tahun, dan ayahnya kawin lagi. Dan kali ini dia kawin dari kalangan wanita biasa, bukan bangsawan dan oleh karena itu harus meninggalkan Rusia, sedang harta miliknya disita. Maka putri itu dibesarkan dan diasuh oleh orang-orang lain-perawat,guru-guru wanita dan pengasuh-pengasuh.
Putri agung dari Rusia itu hampir-hampir tak bisa berbicara bahsa rusia. Ketika umur enam tahun, hingga masa itu ia hanya belajar berbicara bahasa inggris dan bukan bahasa inggris yang baik. ‘’H’’ tak pernah di ucapkan. ‘’Appy’’ menurut dia dan bukannya ‘’Happy’’

Guru-gurunya menyembunyikan kenyataan sebenarnya tentang Kekuasaan prestasinya, sebagai putri seorang pangeran dan karena putra-putra  kalangan kerajaan congkak-congkak dan angkuh-angkuh sehingga menimbulkan rasa benci kepada orang sehingga guru diperintahkan untuk  menanam rasa rendah hati dan kasih saying dalam jiwa putri itu, Dan mereka berhasil!

Ia mengatakan dalam memoirnya bahwa ia dididik supaya ”sangat sederhana dan prasaja’’. Dikatakannya bahwa jika ia menghamburkan satu kelumit roti, ia dihukum. Jika ada satu kelumit roti jatuh di lantai maka dia harus memungutnya dan dan mengembalikannya lagi ke meja. Makanannya sangat sederhana dan Bersahahaja. Sering makan malamnya hanya terdiri dari roti dan dan susu. Sebuah Hidangan yang sangat sederhana untuk kalangan istana.

Meskipun ia hidup diantara lukisan-lukisan dan hasil-hasil keseman yang indah-indah, sedangkan kekayaan keluarga Tsar adalah berjuta-juta poundsterling, namun putri itu mengenakan pakaian dan kaus-kaus dari katun biasa dan kaus kaki sebelum ia menikah. Ia mengatakan bahwa salah satu alasan  ia ingin menikah adalah Karena ia ingin memakai kaus kaki sutera setelah menikah.

Kemudian setelah itu ia hidup bersama-sama dengan paman dan bibinya. Bibinya mencemburui dia dan tak senang ia berada di rumahnya. Jika ia kasip muncul satu menit saja  di ruang makan maka ia dihukum dan juga tidak bisa bercakap-cakap  dengan para tamu. Bibinya melarang dia tertawa di dekatnya, karena tawa kanak-kanak dianggap kurang sopan.

Putri itu mengatakan dalam memoirnya bahwa ia tidak pernah tahu apa yang dinamakan rumah tangga yang sebenarnya karena masa kanak-kanaknya serba sedih dan  dan sunyi dan hanya neneknyalah , Ratu Olga dari Yunani yang menimbulkan penghargaan dalam dirinya  tentang kasih hangat dan kehalusan seorang ibu. Marie demikian haus akan Kasih sehingga ia ingin kiranya melemparkan diri kedalam pelukan neneknya; akan tetapi katanya: Saya begitu kikuk menghadapi pelukan dan belaian, sehingga saya pun tak tahu bagaimana harus memulai.”

Ketika ia berumur 16 tahun, ia menginginkan sebuah mandolin, akan tetapi ia tak ada uang untuk membelinya, dan ia tidak punya keberanian memintanya kepada pamannya. Maka ia lalu minta kepada gurunya supaya menyampaikan permintaannya kepada pamannya.
Pamannya menjawab : ‘’YA” dan inilah perkataan terkhir yang pernah ia ucapkan, karena beberapa sekon kemudian, seorang anarkis melemparkan bom dan menghancurkan tubuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar