Saya ingin Bercerita tentang Seorang Putri(princes),
Barangkali dia adalah seorang putri kerajaan termasyhur di seluruh Eropa dan
Amerika. Namanya Putri agung Marie dari Rusia.
Pamannya adalah Aleksander III, Tsar Rusia. Kemenakannya
adalah Nikolas II, Tsar terkhir dari Rusia.
Nah menurut saya ia jelita, dan menawan hati…
Dalam Memoirnya, dia bercerita tentang suatu hal yang aneh
tentang dirinya dimana dia menulis bahwa hingga umur 20 tahun ia sangat
malu-malu dan bahwa ia mempunyai perasaan rendah diri.
Dilahirkan di tengah-tengah segala kemewahan dan kecermelangan
keluarga Romanoff yang memerintah Kerajaan Rusia selama tiga ratus tahun, putri
Marie adalah sedemikian penting, sehingga ketika masih kecilpun ia sudah
mengendarai kereta emas, ditarik oleh sepasang (enam) kuda hitam dan putih dan
dikawal oleh prajurit-parjurit berbaju merah mengendarai kuda.
Dan ia demikian masyhur hingga orang banyak berkerumun di
trotoar dan mau menunggu satu jam, supaya bisa memandang wajah putri agung
sekilas, apabila ia lewat. Namun Putri agung Rusia menderita perasaan rendah
diri. Agak aneh bukan ?
Ini mungkin disebabkan karena pendidikannya di masa ia
kanak-kanak. Ia tidak tahu apa yang dinamakan kasih ibu, karena ibunya
meninggal dunia ketika ia masih berumur satu setengah tahun, dan ayahnya kawin
lagi. Dan kali ini dia kawin dari kalangan wanita biasa, bukan bangsawan dan
oleh karena itu harus meninggalkan Rusia, sedang harta miliknya disita. Maka putri
itu dibesarkan dan diasuh oleh orang-orang lain-perawat,guru-guru wanita dan
pengasuh-pengasuh.
Putri agung dari Rusia itu hampir-hampir tak bisa berbicara
bahsa rusia. Ketika umur enam tahun, hingga masa itu ia hanya belajar berbicara
bahasa inggris dan bukan bahasa inggris yang baik. ‘’H’’ tak pernah di ucapkan.
‘’Appy’’ menurut dia dan bukannya ‘’Happy’’
Guru-gurunya menyembunyikan kenyataan sebenarnya tentang
Kekuasaan prestasinya, sebagai putri seorang pangeran dan karena
putra-putra kalangan kerajaan congkak-congkak
dan angkuh-angkuh sehingga menimbulkan rasa benci kepada orang sehingga guru
diperintahkan untuk menanam rasa rendah
hati dan kasih saying dalam jiwa putri itu, Dan mereka berhasil!
Ia mengatakan dalam memoirnya bahwa ia dididik supaya ”sangat
sederhana dan prasaja’’. Dikatakannya bahwa jika ia menghamburkan satu kelumit
roti, ia dihukum. Jika ada satu kelumit roti jatuh di lantai maka dia harus
memungutnya dan dan mengembalikannya lagi ke meja. Makanannya sangat sederhana
dan Bersahahaja. Sering makan malamnya hanya terdiri dari roti dan dan susu.
Sebuah Hidangan yang sangat sederhana untuk kalangan istana.
Meskipun ia hidup diantara lukisan-lukisan dan hasil-hasil
keseman yang indah-indah, sedangkan kekayaan keluarga Tsar adalah berjuta-juta
poundsterling, namun putri itu mengenakan pakaian dan kaus-kaus dari katun
biasa dan kaus kaki sebelum ia menikah. Ia mengatakan bahwa salah satu alasan ia ingin menikah adalah Karena ia ingin
memakai kaus kaki sutera setelah menikah.
Kemudian setelah itu ia hidup bersama-sama dengan paman dan
bibinya. Bibinya mencemburui dia dan tak senang ia berada di rumahnya. Jika ia
kasip muncul satu menit saja di ruang
makan maka ia dihukum dan juga tidak bisa bercakap-cakap dengan para tamu. Bibinya melarang dia tertawa
di dekatnya, karena tawa kanak-kanak dianggap kurang sopan.
Putri itu mengatakan dalam memoirnya bahwa ia tidak pernah
tahu apa yang dinamakan rumah tangga yang sebenarnya karena masa kanak-kanaknya
serba sedih dan dan sunyi dan hanya
neneknyalah , Ratu Olga dari Yunani yang menimbulkan penghargaan dalam
dirinya tentang kasih hangat dan
kehalusan seorang ibu. Marie demikian haus akan Kasih sehingga ia ingin kiranya
melemparkan diri kedalam pelukan neneknya; akan tetapi katanya: Saya begitu
kikuk menghadapi pelukan dan belaian, sehingga saya pun tak tahu bagaimana
harus memulai.”
Ketika ia berumur 16 tahun, ia menginginkan sebuah mandolin,
akan tetapi ia tak ada uang untuk membelinya, dan ia tidak punya keberanian
memintanya kepada pamannya. Maka ia lalu minta kepada gurunya supaya
menyampaikan permintaannya kepada pamannya.
Pamannya menjawab : ‘’YA” dan inilah perkataan terkhir yang
pernah ia ucapkan, karena beberapa sekon kemudian, seorang anarkis melemparkan
bom dan menghancurkan tubuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar